Asia menjadi pusat
pertumbuhan lalu lintas internet yang semakin tinggi. Data Bank Dunia
menunjukan, pada 2011 sekitar 2,2 miliar orang telah berinternet. Sayangnya,
4,8 miliar orang belum terhubung ke internet, dan separuhnya ada di Asia.
Kabar baiknya,
Google memprediksi pada 2015 akan ada tambahan 500 juta orang Asia yang
terhubung ke internet. Bandingkan dengan di Amerika untuk periode yang sama,
dimana hanya ada tambahan 15 juta pengguna internet baru.
Di Asia, mayoritas
pengguna Internet baru itu terhubung melalui perangkat bergerak, terutama
telpon seluler. Hal ini dipicu semakin murahnya ponsel cerdas buatan Cina.
Malah ada yang sampai dibawah harga 1 juta.
Namun, akan ada
beberapa kendala yang di hadapi Google dalam menjalankan layanan Free Zone ini,
salah satu masalah terbesar adalah harga bandwidth Internet di negara
berkembang masih tinggi. Bahkan ada negara yang memiliki harga koneksi internet
10 kali lebih mahal dibanding Amerika Serikat.
Selain itu, kepadatan
infrastruktur jaringan internet di beberapa negara sudah melewati kapasitas.
Parahnya, meski sudah melebihi kapasitas, operator belum memperbesar kapasitas,
contohnya seperti Indonesia.
Untuk membantu
negara berkembang, Google membuta terobosan. Caranya, dengan membangun pusat
data dekat dengan pengguna dan bekerja sama dengan penyedia layanan internet
lokal. Free Zone adalah salah satu solusi yang di tawarkan. Dengan fitur ini,
pengguna internet dapat mengakses akun Gmail secara gratis, serta memasuki
laman web hasil pencarian melalui Google Search secara gratis.
Hanya dengan
memiliki akun Gmail, semua orang bisa berselancar di Google Search, Google+,
dan Gmail sepuasnya tanpa takut tersedot pulsa. Free Zone bisa di akses melalui
browser bawaan ponsel.
Sumber : Tempo
0 komentar:
Posting Komentar